
Julukan Digital Practitioner melekat pada diri Ellyse Sinsilia (@esinsilia) bukan hanya terlihat dari akun Instagram-nya yang semua kontennya terkurasi dengan baik, tetapi juga perjalanan kariernya yang cukup panjang di dunia digital.
Di siang yang panas akhir pekan itu, kami temui Sese, begitu ia akrab disapa, di Ruang Boho untuk fotosesi campaign #KartiniOE. Dengan atasan lengan panjang bergaris dan rok hitam kasual, Sese datang ditemani sang suami, Ernanda Putra. Sedang hamil 7 bulan tidak menjadi penghalang baginya untuk melakukan hal-hal kreatif yang ia cintai. Termasuk kolaborasi fashion bersama Oemah Etnik di bulan April ini.
Seusai fotosesi, kami pun lanjut ke sesi interview santai dan mengobrol banyak tentang pencapaian-pencapaian yang telah diraih Sese sebagai wanita karier yang menginspirasi kami.
“Menurutku, perempuan itu lebih kuat dibandingkan laki-laki. Kuat secara fisik dan daya tahan terhadap rasa sakit. Dan perempuan bisa multitasking, obviously. Laki-laki nggak bisa,” tuturnya. Ia bersyukur dilahirkan sebagai seorang perempuan untuk hal-hal sederhana seperti tidak mudah dibohongi orang lain, karena biasanya perempuan cenderung lebih peka terhadap hal-hal kecil yang lolos dari perhatian pria.
Bicara soal perubahan, Sese mengaku perubahan terbesar dalam hidupnya adalah ketika ia memberanikan diri untuk memulai hidup berkeluarga dan mempunyai anak. “Sebenarnya, dari dulu aku terbilang orang yang cukup ambisius; yang aku kejar ‘tuh selalu karir, selalu mencari self achievements. Tapi, ketika aku mengenyampingkan ego, aku berani untuk berkeluarga.” Perubahan sederhana yang butuh keberanian dan komitmen yang sungguh-sungguh untuk menjalankannya.
Perlu diakuinya, hal yang mengubah pikirannya untuk memulai hidup berkeluarga adalah nilai-nilai kehidupan. “Karena buat aku akhirnya bukan hanya uang atau materi yang dikejar. Aku lebih ingin mengejar happiness; full on happiness. Dan itu aku rasakan setelah berkeluarga; membahagiakan orang lain diluar diriku sendiri.”
Sama seperti Ibu Kartini yang sepanjang perjuangannya memberdayakan wanita, selalu dianggap sebelah mata, hal itu pun tak jarang dialami Sese. Perjalanan panjang hingga kini menduduki kursi VP Operations di perusahaan agensi digital ternama di Indonesia, juga penuh perjuangan, “Berkali-kali aku merasa di underestimate, dianggap remeh. Aku dulunya designer, lalu aku juga mengajar piano. Setelah itu, barulah aku mulai bekerja kantoran, di kantorku sekarang yang dulunya bernama ‘Magnivate’. Aku jalani sungguh-sungguh dan kebetulan performance-nya cukup bagus, aku juga dapat atasan dan mentor yang sangat-sangat membantu dalam pengembangan diri. Lalu aku dikasih challenge,” tuturnya. “Sampai saat ini, Alhamdulillah, tantangan itu masih bisa teratasi. Jadi aku merasa, aku bisa sampai di titik ini, sampai di posisi ini ya karena kemampuanku. Bukan karena aku perempuan atau hal lain. Justru aku bisa membuktikan ke orang-orang yang pernah underestimate aku, kalau aku bisa.” Berada di jajaran management leader dan menjadi satu-satunya perempuan, justru memudahkan Sese sebagai perempuan karena bisa lebih multitasking, organized, dan memiliki attention to details.
Tetapi, itulah cerita tentang karier-nya. Sese is more than just a career woman. Kami lalu mengulik lagi hal-hal yang ia cintai diluar pekerjaannya, “Buat aku, career is one thing. Bukan berarti aku nggak ngejar dan nggak mengusahakannya, it’s still a very important part of my life, tapi lagi-lagi, ketika aku mengesampingkan egoku, ternyata aku butuh untuk melihat orang lain bahagia untuk diriku merasa lebih fulfilled.”
Sese menganggap dirinya bukan seseorang yang menghabiskan energi untuk terlalu larut dalam masalah. “Berat, ya pasti berat. Pasti ada masa-masa dimana, ‘Gila nih susah banget, bisa nggak ya gue?’. Cuma aku nggak pernah fokus ke ‘susah’-nya tapi lebih ke bagaimana aku harus lewatin itu semua. Karena menurutku semua itu mindset.” Ia menyikapi hidup tantangan demi tantangan secara positif, living day by day, one step at a time.
Perempuan-perempuan terdekat Sese adalah salah satu sumber inspirasinya. Ibu dan tantenya telah mengajarkan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk mengejar kehidupan yang lebih baik, “Aku ngeliat ibu dan tanteku berjuang banget karena jaman dulu dan jaman sekarang kan berbeda. Mereka hidup di jaman dimana sekolah aja susah. Tapi mereka berjuang untuk bisa nyekolahin dan ngajarin anak-anaknya dengan kemampuan mereka, kemampuan dengan pendidikan yang terbatas. Dan insha Allah, semuanya jadi ya,” ceritanya.
Mengembangkan edukasi dan membantu orang-orang yang kurang beruntung merupakan cita-cita Sese. “Satu hal yang pernah aku dan suamiku bahas, aku pingin banget bikin yayasan. Karena buat aku, ujungnya bukan hanya kebahagiaan diri sendiri aja, tetapi juga orang-orang di sekitar kita. Aku pingin spread more happiness and love wider. Mungkin dimulai dari bidang edukasi,”
Untuk menutup sesi ini, Sese bicara soal pentingnya menjadi sosok (baik perempuan atau laki-laki) yang bisa menjadi sumber kebahagian pasangan. Menurutnya, adalah sia-sia, apapun pencapaian seseorang, jika ia tidak bahagia. Dan jika ada satu benang merah yang bisa kami tarik dari obrolan santai tapi berkesan sore itu, adalah untuk melihat kebahagian lebih luas lagi. Karena ini bukan tentang apa yang kita capai, tetapi apa yang bisa kita bagi kembali.